Welcome To My Simple Blog

Laman

Kamis, 17 November 2016

Perang Padri


Sejarah Perang Padri

Perang Padri terjadi di Sumatera barat dan sekitarnya tepatnya di kawasan Kerajaan Pagaruyung dari tahun 1803 hingga 1838. Perang ini terjadi akibat adanya  pertentangan dalam masalah agama sebelum berubah menjadi peperangan melawan penjajahan.

Pada abad ke-9 tiga orang ulama Minangkabau kembali dari tanah suci, yaitu Haji Miskin, Haji Piabang , dan Haji Sumanik. Mereka mempelajari dan mengembangkan aliran Wahabi, yaitu gerakan yang menghendaki agama islam dilaksanakan secara murni sesuai dengan Al Quran dan alhadist. Gerakan mereka disebut gerakan Padri ( Artinya tokoh tokoh agama/ ulama). Tujuan gerakan ini adalah memperbaiki masyarakat Minangkabau dan mengembalikan mereka pada jalan  yang sesuai dengan ajaran ajaran islam yang benar.

Gerakan Padri disambut baik oleh para ulama dan sebaliknya gerakan tersebut ditentang keras oleh kaum adat yang menolak dihapusnya adat kebiasaan yang telah berakar meskipun melanggaar agama. Maka terjadi ketegangan antara kaum padri dengan kaum adat setempat.

Penyebab terjadinya Perang Padri
  1. Adanya perselisihan antara kaum adat dan kaum padri sebagai akibat dari usaha yang dilakukan kaum padri untuk memurnikan ajaran Islam dengan menghapus adat kebiasaan yang tidak sesuai dengan ajaran islam.
  2. Campur tangan belanda dengan membantu kaum adat .Pertempuran pertama terjadi dikota lawas kemudian meluas ke daerah daerah lain. Sehingga muncul pemimpin pemimpin yang mendukung gerakan kaum padri seperti Datuk Bandaro, Datuk Malim Basa (Imam Bonjol), Tuanku pasaman, Tuanku Nan Rencek, Tuanku Nan. cerdik, dan Tuanku Nan Gapuk. 
Tokoh Perlawanan

• Muhammad Syahab atau Peto (Pendito) Syarif, yang terkenal sebagai Tuanku Imam Bonjol. 

• Tuanku nan Cerdik

• Tuanku Tambusai 

• Tuanku nan Alahan 

Proses Perlawanan 

• Perang Padri terdiri atas dua bagian. Perang Padri bagian pertama terjadi antara tahun 1821-1825. Perang Padri bagian kedua terjadi antara tahun 1830-1837. 

• Perang Padri bagian pertama ditandai serangan Kaum Padri ke pos-pos Belanda di Sumawang, Sulit Air, Enam Kota, Rau, dan Tanjung Alam. Kekuatan pasukan Padri berpusat di Bonjol dan Alam Panjang. 

• Pada tanggal 22 Januari 1824, disepakati perjanjian perdamaian di Bonjol. Namun, karena pelanggaran oleh pasukan Belanda, muncul perlawanan lebih dahsyat dari Kaum Padri. 

• Pada tangga115 November 1825, disepakati perjanjian perdamaian di Padang. Tawaran perdamaian dari Belanda lebih disebabkan oleh harus ditariknya pasukan Belanda ke Jawa untuk menghadapi perlawanan Diponegoro. Peristiwa perdamaian di Padang itu menandai akhir Perang Padri bagian pertama. 

• Seusai Perang Diponegoro, pasukan Belanda mendirikan pos di wilayah kekuasaan Kaum Padri. Peristiwa itu mengawali Perang Padri bagian kedua. Pasukan Belanda diperkuat pasukan dari Jawa pimpinan Sentot Ali Basyah Prawirodirjo. Pada tanggal 21 September 1837, benteng Bonjol jatuh. Meskipun Tuanku Imam Bonjol telah ditangkap lalu diasingkan, perlawanan masih berlanjut di bawah pimpinan Tuanku Tambusai, Tuanku nan Cerdik, dan Tuanku nan Alahan. Perang Padri sama sekali berakhir setelah Tuanku nan Alahan menyerah.

Sumber



Tidak ada komentar:

Posting Komentar